Home »
Teknologi Pertanian
» KATAM Terpadu, Siasati Perubahan Iklim
KATAM Terpadu, Siasati Perubahan Iklim
Written By Berkah Tani Unggul on Saturday 20 April 2013 | 01:15
Sampai saat ini masih banyak para petani dalam menentukan musim tanam padi menggunakan perhitungan tanda-tanda alam yang biasa disebut 'pranatamangsa'. Pada awalnya penghitungan semacam ini tidak ada masalah, karena belum terjadi perubahan iklim ekstrim seperti yang terjadi saat ini. Bila petani tetap menggunakan sistem penghitungan tersebut biasanya terjadi gagal panen akibat kekeringan atau bahkan kebanjiran. Sebaiknya petani tidak perlu lagi menghitung dengan cara-cara lama, dan beralih memanfaatkan informasi Kalender Tanam (KATAM) Terpadu hasil dari para peneliti Badan Litbang Pertanian agar tidak terjadi gagal panen.
Dalam berbagai kesempatan Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono menyampaikan bahwa sub sektor tanaman pangan merupakan paling rentan terhadap dinamika dan keragaman perubahan iklim. Penurunan jumlah hujan dapat secara langsung menurunkan potensi luas tanam dan produktivitas, bahkan menyebabkan gagal panen. Dengan KATAM Terpadu ini paling tidak mereka dapat mempersiapkan diri sejak dini. Diharapkan baik Dinas Pertanian Kabupaten, Penyuluh maupun Petani dapat berpedoman pada KATAM Terpadu ini.
Dijelaskan juga bahwa beberapa kabupaten di Indonesia 20% merupakan wilayah rawan banjir dan sangat rawan banjir di lahan sawah pada musim tanam kedua ini. Sedangkan kabupaten yang sangat rawan kekeringan terdapat di sebagian pantai barat Sumatera, pantai utara Jawa dan NTT. Dr. Haris Syahbuddin, Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi menambahkan bahwa rekomendasi varietas padi untuk wilayah yang mempunyai sifat hujan di atas normal (kemungkinan kebanjiran) direkomendasikan untuk menanam varietas padi yang tahan terhadap rendaman seperti Inpara 3, Inpara 4, Inpara 5 dan Ciherang-Sub 1.
Sedangkan untuk sifat hujan di bawah normal (kemungkikan kekeringan), direkomendasikan menggunakan varietas berumur genjah (95-104 hari setelah semai) atau ultra genjah (
Label:
Teknologi Pertanian
0 komentar:
Post a Comment