Sumber Berita : Sekretariat Jenderal
Balikpapan – Pemerintah terus
mendorong peran aktif petani untuk meningkatkan daya saing produknya. Hal ini terkait dengan
kesiapan Indonesia menghadapi ASEAN Economic Community 2015 dimana kawasan ASEAN akan menjadi pasar
tunggal berbasis produksi tunggal. Dengan demikian, seluruh negara ASEAN harus melakukan
liberalisasi perdagangan dengan arus modal yang lebih bebas sebagaimana yang telah digariskan dalam
ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint. Demikian dikatakan Menteri Pertanian Dr. Ir.
Suswono, MMA saat membuka Pertemuan Nasional Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia
(MPTHI) di Balikpapan pada (21/8/2013).
Mentan mengatakan, pasar bebas ASEAN berdampak cukup besar bagi semua
sektor perdagangan, termasuk sektor pertanian. Penurunan dan penghapusan tarif secara signifikan
yang dilakukan oleh pemerintah akan mengakibatkan semakin banyaknya produk impor masuk ke Indonesia.
Kondisi inilah yang cukup mengkhawatirkan karena berpengaruh pada eksistensi produk lokal,
peningkatan daya saing produk lokal sangat diperlukan menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 mendatang.
“Dalam
era globalisasi perdagangan, mutu produk merupakan salah satu indikator keberhasilan peningkatan
daya saing produk pertanian yang dapat dijadikan sebagai non tariff barier dalam menekan laju
importasi, untuk itu dibutuhkan kesiapan petani Indonesia meningkatkan hasil pertaniannya ,” jelas
Mentan.
Mentan
mencontohkan pada subsektor hortikultura Indonesia menghadapi beberapa permasalahan, salah satu
diantaranya adalah masih tingginya kehilangan hasil produk hortikultura segar dalam perdagangan. Hal
itu disebabkan oleh adanya serangan OPT dan faktor fisiologis pada saat distribusi/pengangkutan dan
penyimpanan, karena itu perlindungan pascapanen produk hortikultura harus ditingkatkan.
Selain
masalah kehilangan hasil, saat ini ketentuan Sanitary and Phytosanitary (SPS) dan batas
maksimum residu (BMR) untuk produk hortikultura semakin banyak dan berat. Hal tersebut cukup
menyulitkan ekspor produk hortikultura segar karena untuk memenuhinya memerlukan pendekatan lintas
sektor bahkan dengan pihak-pihak luar negeri.
Menghadapi masalah tersebut, Mentan berharap
agar pertemuan nasional Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia diharapkan dapat
menghasilkan keputusan dan masukan yang solutif bagi masalah pertanian Indonesia ke
depan.
Pada
kesempatan tersebut, Mentan juga menekankan tekadnya mewujudkan kemandirian pangan dengan melakukan
peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian. “Mengingat permintaan beras yang terus
meningkat sementara di lain pihak terjadi perubahan iklim global yang berdampak pada terganggunya
produksi pangan, maka pemerintah menaruh perhatian khusus terhadap masalah pangan ini, apalagi
menjelang dibukanya pasar bebas ASEAN dua tahun mendatang ” jelas Mentan.
Langkah strategis
pengamanan produksi menghadapi dampak perubahan iklim tersebut diantaranya dengan memanfaatkan
informasi iklim yang bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang ada di
masing-masing provinsi, melakukan perencanaan budidaya sesuai iklim dan kondisi setempat,
perencanaan dan penyiapan sarana produksi (benih dan pupuk), penyiapan sarana penanggulangan,
penggunaan varietas umur pendek, dan varietas toleran terhadap kekeringan, dan rendaman serta
pemberdayaan petani dalam keadaan iklim ekstrim.
Sumber: Biro Umum dan Humas
0 komentar:
Post a Comment