PROFIL KELOMPOK TANI KARET BERKAH TANI UNGGUL
Makna Lambang:
- Bintang bermakna : Keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT tuhan yang maha esa merupakan pondasi utama bagi seluruh Anggota Kelompok Tani Karet Berkah Tani Unggul.Sehingga dalam segala aktivitas harus dilandasi nilai-nilai religius yang islami.
- Topi/Tudung/cetok(Sunda) bermakna : Kelompok Tani Karet Berkah Tani Unggul adalah sebuah organisasi petani,dengan tujuan utama ingin mensejahterakan petani melalui kelelmbagaan kelompok tani.Dan pada akhirnya adalah turut serta dalam menopang pembangunan desa,daerah,bahkan negara.
- Batang pohon karet bermakna : Kelompok Tani Karet Berkah Tani Unggul memiliki komoditi Unggulan yaitu Karet,meskipun karet bukanlah satu-satunya komoditi yang di usahakan dalam pelaksanaannya.
- Padi dan Kapas bermakna : Seluruh Anggota Kelompok Tani Karet Berkah Tani Unggul khususnya,umumnya warga sekitar harus mendapatkan dampak signifikan dari keberadaan Kelompok Tani Karet Berkah Tani Unggul yaitu "Kesejahteraan"bersama.
- Rantai Vector bermakna : Kebersamaan,Kerjasama,Gotong royong,Persatuan,dan musyawarah mupakat merupakan hierarki tertinggi dalam struktur Organisasi Kelompok Tani Berkah Tani Unggul (Rapat Anggota).
- Pita Merah bertuliskan " CIBODAS" bermakna : Kelompok Tani Karet Berkah Tani Unggul mempunyai kantor ekretariat yang berlokasi di Kp.Cibodas RT 01/02 Desa Bantarkalong Kab.Sukabumi Jawa Barat
I. PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Karet merupakan salah satu komoditi
penyumbang ekspor terbesar untuk sektor non migas,peranan karet dan
barang-barang karet terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap
kecil,mengingat Indonesia merupakan produsen karet No 2 terbesar di dunia
dengan produksi sebesar 2,3 juta Ton pada tahun 2011 setelah Thailand.
Konsumsi karet dunia pada tahun 2013
di prediksi tumbuh sekitar 6,3% menjadi 25,8 juta Ton disbanding dengan
konsumsi pada tahun lalu.Konsumsi karet diperkiarakan akan terus tumbuh seelama
beberapa tahun kedepan,karena perbaikan ekonomi dan bertambahnya populasi
dunia.Pada tahun 2020 konsumsi karet masih akjan naik 3,3% menjadi 33,9 juta ton.
Adanya subtitusi karet alam ke karet
sintesis akan mempengaruhi harga karet dunia,dengan adanya subtitusi ini harga
karet dunia akan mengalami penurunan.Sekarang ini dengan adanya program go
green mulai banyak produsen ban yang mengalihkan dari karet sintesis ke karet
alam,dan ini mengakibatkan karet akan semakin laris diburu oleh industry
otomotif.
Dengan adanya peningkatan permintaan
dari negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi seperti
china dan India,akan menyebabkan terjadi peningkatan trend harga
karet.Tingginya pertumbuhan permintaan dari Negara tersebut tidak diikuti
dengan pertumbuhan produksi dari Negara-negara produsen karet.hal ini
menyebabkan kondisi over demand pasar yang akan mengakibatkan peningkatan harga
di pasar Internasional.
Mengingat potensi karet di Indonesia
yang masih cukup besar,dan produktivitasnya yang sangat rendah maka perlu di
lakukan peningkatan produktivitas melalui berbagai cara,dimana sekitar 85%
lahan perkebunan karet Indonesia dimiliki oleh petani kecil.
Pemerintah telah menetapkan sasaran
pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 4 juta Ton pada tahun 2025
sasaran tersebut hanya akan dicapai apabila 85% areal perkebunan karet rakyat
telah menggunakan klone unggul yang rekomendasikan oleh pemerintah,sebagaimana
yang termaktub dalam UU No 12 tahun 1992 tentang system budidaya-budidaya
tanaman dan UU No 29 tahun 2000 tentang perlindungan varietas tanaman.
Bagi perekonomian nasional, karet merupakan
komoditas perkebunan yang sangat penting. Selain sebagai sumber lapangan kerja,
komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu
sumber devisa non-migas, pemasok bahan baku karet dan berperan penting dalam
mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah
pengembangan karet. Karet bersama-sama dengan kelapa sawit merupakan dua
komoditas utama penghasil devisa terbesar dari subsektor perkebunan. dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir, karet menyumbang devisa dari 25% hingga 40%
terhadap total ekspor produk perkebunan.
Disamping sebagai penghasil devisa ekspor, perkebunan karet sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan rata-rata luas kepemilikan relatip kecil, tetapi merupakan sumber mata penghasilan bagi berjuta-juta keluarga petani karet. Pada tahun 2006, luas areal perkebunan rakyat mencapai tidak kurang dari 85%, sisanya merupakan perkebunan Negara dan Swasta. Dari total produksi, hampir 76% nya berasal dari perkebunan rakyat.
Disamping sebagai penghasil devisa ekspor, perkebunan karet sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan rata-rata luas kepemilikan relatip kecil, tetapi merupakan sumber mata penghasilan bagi berjuta-juta keluarga petani karet. Pada tahun 2006, luas areal perkebunan rakyat mencapai tidak kurang dari 85%, sisanya merupakan perkebunan Negara dan Swasta. Dari total produksi, hampir 76% nya berasal dari perkebunan rakyat.
Kondisi Primer Karet Alam Indonesia
Selama lebih
dari 35 tahun (1970-2006), areal perkebunan karet di Indonesia meningkat
sekitar 4,8% per tahun, namun pertumbuhan yang nyata terutama terjadi pada
areal karet rakyat, sedangkan pada perkebunan besar negara dan swasta sangat
rendah, dibawah 1% pertahun. Dari keseluruhan areal perkebunan rakyat tersebut,
sebagian besar (± 91%) dikembangkan secara swadaya murni, dan sisanya (± 9 %)
dibangun melalui proyek-proyek PIR, PRPTE, UPP Berbantuan, Partial, Bansos,dan
Swadaya Berbantuan.
Masalah
Permasalahan
utama yang dihadapi perkebunan karet nasional adalah rendahnya produktivitas
karet rakyat (600-800 kg/ha/th), antara lain karena sebagian besar tanaman
masih menggunakan bahan tanam asal biji (seedling) tanpa pemeliharaan yang
baik, dan tingginya proporsi areal tanaman karet yang telah tua, rusak atau
tidak produktif (± 13% dari total areal). Pada saat ini sekitar 400 ribu ha
areal karet berada dalam kondisi tua dan rusak dan sekitar 2-3% dari areal
tanaman menghasilkan (TM) yang ada setiap tahun akan memerlukan peremajaan.
Persoalan
mendasar untuk meningkatkan produktivitas karet rakyat melalui peremajaan
tanaman tua/rusak adalah masalah dana khusus untuk peremajaan dengan suku bunga
yang wajar sesuai dengan tingkat resiko yang dihadapi. Hal ini sangat berbeda
dengan negara-negara produsen utama karet lainnya seperti Thailand, Malaysia
dan India. Dana pengembangan, promosi, dan peremajaan karet di negara-negara
tersebut umumnya disediakan oleh pemerintah yang diperoleh dari pungutan CESS
ekspor komoditas karet. Di Indonesia, pungutan CESS untuk pengembangan
komoditas perkebunan telah dihentikan sejak tahun 1970
Permasalahan
utama lainnya di perkebunan karet rakyat adalah bahwa bahan baku yang
dihasilkan umumnya bermutu rendah, dan pada sebagian lokasi harga yang diterima
di tingkat petani masih relatif rendah (60-75% dari harga FOB) karena belum
efisiennya sistem pemasaran bahan olah karet rakyat (bokar), antara lain
disebabkan lokasi kebun jauh dari pabrik pengolah karet dan letak kebun
terpencar-pencar dalam skala luasan yang relatif kecil dengan akses yang
terbatas terhadap fasilitas angkutan, sehingga biaya transportasi menjadi
tinggi.
Bahan olah karet
dari petani pada umumnya berupa bekuan karet yang dibekukan dengan bahan
pembeku yang direkomendasikan (asam format), maupun yang tidak direkomendasikan
(asam cuka, tawas, dsb), serta pembekuan secara alami. Pada saat ini bahan olah
karet tersebut mendominasi pasar karet di Indonesia karena dinilai petani
paling praktis dan menguntungkan.
Bahan olah karet
berupa lateks dan koagulum lapangan, baik yang dihasilkan oleh perkebunan
rakyat maupun perkebunan besar dapat diolah menjadi komoditas primer dalam
berbagai jenis mutu. Lateks kebun dapat diolah menjadi lateks pekat dan lateks
dadih serta karet padat dalam bentuk RSS, SIR 3L, SIR 3CV, SIR 3WF dan thin
pale crepe yang tergolong karet jenis mutu tinggi (high grades). Sementara
koagulum lapangan, yakni lateks yang membeku secara alami atau dengan koagulan
selanjutnya hanya dapat diolah menjadi SIR10, SIR 20 dan brown crepe yang tergolong
jenis karet mutu rendah (low grades)
Sebagian besar
produk karet Indonesia diolah menjadi karet remah (crumb rubber) dengan
kodifikasi “Standard Indonesian Rubber” (SIR), sedangkan lainnya diolah dalam
bentuk RSS dan lateks pekat. Kapasitas pabrik pengolahan crumb rubber pada saat
ini sesungguhnya sudah melebihi dari kapasitas penyediaan bokar dari perkebunan
rakyat, namun pada lima tahun mendatang diperlukan investasi baik untuk
merehabilitasi pabrik yang ada maupun untuk membangun pabrik pengolahan baru
untuk menampung pertumbuhan pasokan bahan baku yang diperhitungkan akan
meningkat seiring dengan gencarnya upaya-upaya peremajaan dan perluasan areal
kebun karet yang baru.
Prospek bisnis
pengolahan crumb rubber ke depan diperkirakan tetap menarik, karena marjin
keuntungan yang diperoleh pabrik relatif pasti. Marjin pemasaran, antara tahun
2000-2012 berkisar antara 3,7%-32,5% dan marjin keuntungan pabrik pengolahan
antara 2-4% dari harga FOB, tergantung pada tingkat harga yang berlaku. Tingkat
harga FOB itu sendiri sangat dipengaruhi oleh harga karet dunia yang
mencerminkan permintaan dan penawaran karet alam.
10. Perkembangan Industri Crumb Rubber
Pada awalnya
sebagian besar karet alam Indonesia diperdagangkan dalam bentuk karet lembaran
yakni karet sit asap (RSS = ribbed smoked sheet), Namun sejak diperkenalkan
teknologi karet remah (crumb rubber) pada tahun 1968, produksi karet sit secara
dramastis menurun, beralih ke karet remah, tidak kurang dari 90% produksi karet
alam nasional setiap tahunnya merupakan karet remah.
Tingginya
permintaan pasar terhadap karet remah untuk dijadikan bahan pembuatan komponen
teknik terutama ban kendaraan bermotor, dan ditunjang dengan jaminan
ketersediaan bahan bakunya (bahan olah karet), menyebabkan perkembangan teknologi
karet remah saat ini sudah sedemikian pesat. Pada tahun 1969 terdapat 65
pabrik, kini sekitar 115 pabrik karet remah yang aktif beroperasi di Indonesia.
Tuntutan
permintaan yang tinggi dari sektor transportasi terhadap karet alam sukar
dipenuhi oleh karet lembaran, karena karet jenis ini memerlukan waktu
pengolahan yang cukup lama yakni 7-14 hari. Dengan teknologi karet remah, bahan
olah karet secara cepat, kurang dari 1 hari dapat diolah menjadi karet mentah
yang siap untuk dijual. Selain itu, mutu karet remah dinilai berdasarkan hasil
analisis fisiko-kimia, sehingga dianggap lebih "fair " dibandingkan
mutu karet lembaran yang dinilai hanya berdasarkan pengamatan visual dan
bersifat subyektif.
Pada saat karet
lembaran masih mendominasi produksi karet alam, petani berperan sebagai
penghasil lateks, dan banyak juga yang sekaligus sebagai pengolahnya untuk
dijadikan karet sit. Namun sejak penerapan teknologi karet remah, petani
umumnya hanya berperan sebagai penyedia bahan olah berupa lump dan slab. Lump
merupakan bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang digumpalkan menjadi
berbentuk mangkok berdiameter sekitar 10-15 cm, sedangkan slab berbentuk balok
tipis hingga berukuran sekitar 35cmx50cm, tebal 20 cm.
Bahan olah karet
dari petani dijual ke prosesor akhir yakni pabrik karet remah untuk diolah
menjadi karet remah jenis SIR (Standard Indonesian Rubber) 10, atau SIR 20.
Pengolahan melibatkan serangkaian proses mulai dari pengecilan ukuran,
pencucian, homogenisasi, pengeringan dan pengemasan.
Sejak dimulainya
era karet remah, SIR 20 senantiasa mendominasi jenis karet remah yang
diproduksi. Saat ini ekspor karet remah SIR 20 sekitar 85%. Dengan demikian
tampak bahwa bahan olah karet lump dan slab sangat penting peranannya sebagai
bahan baku untuk pembuatan karet remah.
Kelompok Tani Karet Berkah Tani Unggul yang berada di wilayah
Kp.Cibodas Desa Bantarkalong Kec.Warungkiara Kab.Sukabumi yang berdiri sejak
tanggal 1 April 2011,yang pada saat pembentukan terdiri dari 20 anggota
sedangkan pada saat ini telah mencapai 79 orang anggota.
Berdirinya kelompok Tani Karet Berkah Tani Unggul, berangkat dari berbagai
permasalahan para petani baik dari sisi perekonomian para petani, maupun dari
sisi pengelolaan lahan pertanian/perkebunan.
Sebagian besar dari anggota kelompok pada awalnya menganut
sistem pertanian dan perkebunan tradisional, yang tanpa sentuhan manajemen,
tanpa sentuhan teknologi serta pendampingan dan pemerintah. Hingga kini
Kelompok Tani karet Berkah Tani Unggul telah memdapatkan bantuan social dari
dana APBN 2012 berupa bantuan kegiatan peremajaan karet
serta mendapatkan bantuan pengolahn yang berupa 2 unit alat produksi
(Hand mangel) karet lengkap dari pemerintah daerah kabupaten sukabumi melalui
dana APBD th 2012.
B. VISI DAN MISI
1. Visi
“Terwujudnya masyarakat tani yang sejahtera melalui
pemanfaatan sumber daya tanaman perkebunan,pangan dan hortikultura yang berdaya
saing, adil, demokratis dan berkelanjutan”.
2. Misi
a. Mengembangkan usaha agribisnis perkebunan karet rakyat sehingga mempunyai
produktivitas tinggi.
b. Meningkatkan pemberdayaan kelompoktani menuju kelembagaan yang kuat dan
mandiri
c. Meningkatkan ketrampilan budidaya bidang pertanian,peternakan dan
mengembangkan usaha agribisnis
d. Mengupayakan peningkatan SDM anggota
e. Mengembangkan komoditas usaha tani secara terpadu (tanaman dan ternak)
II.
KEADAAN UMUM
A. PETA WILAYAH
Peta Terlampir
B. ORGANISASI
1. Data Dasar Kelompok
2. Nama
Kelompok Tani : Berkah
Tani Unggul
3. Pengurus
Kelompok
a. Ketua
:
Unas .R
b. Sekretaris : Asep
Heryanto
c. Bendahara :
Saepudin
4. Alamat
Kelompok :
Kp.Cibodas Rt 02 / 07 Desa Bantarkalong
Kec. Warungkiara Kab.Sukabumi 433162
5. Tanggal
Berdiri : 1
April 2011
6. Pengukuhan
Kelompok
a. Pejabat
yang :
Kepala Desa Bantarkalong
Mengukuhkan
b. Tanggal
Pengukuhan : 8 April
2011
7. Jumlah
Anggota : 54
Orang
2. Dasar
Pembentukan
Hasil kesepakatan dari musyawarah pembentukan
kelompok yang di hadiri sekitar 30 calon anggota dan pengurus,Kepala Desa,PPL
serta tokoh masyarakat.
1.
Berita
Acara Pengukuhan :
Terlampir
2.
Berita
Acara Pengukuhan :
Terlampir
3.
SK
Pengukuhan :
Terlampir
3.Susunan Pengurus
STRUKTUR ORGANISASI
KELOMPOK TANI KARET “
BERKAH TANI UNGGUL “
Rapat
anggota
PENASIHAT
PELINDUNG
ANGGOTA
( PETANI )
4.
Keanggotaan
Keanggotaan
kelompok tani diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yaitu
keanggotaan bersifat sukarela dan anggota merupakan petani penggarap maupun
rumah tangga tani. Sejak awal pembentukan kelompok tani Karet Berkah Tani Unggul, jumlah anggotanya terus mengalami peningkatan sampai sekarang telah
berjumlah 54 orang.
5. Inventaris Kelompok
No
|
Jenis Barang
|
Tanggal Pengadaan /Penerimaan
|
Jumlah
|
Keadaan Barang
|
Tempat Penyimpanan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Hand mangel
Mangkok Sadap
Drum Penampungan air
Loyang alumunium
Gubuk / Naungan tempat
rapat anggota
Kebun entres klon unggul
Gentong
Box Inokulasi
White board
dandang
|
2012
2012
2012
2012
2011
2011
2012
2013
2013
2013
|
2 Unit
6000 Pcs
12
40
1
200 pohon
6 buah
1 unit
1 unit
2 unit
|
Baik
Baik
Baik
Baik
Buruk
Baik
Baik
Baik
Baik
baik
|
Areal perkebunan Anggota
Di inventarisir anggota
Dekat penyimpanan hand
mangel
Anggota
-
Kebun kelompok
Anggota
Secretariat
sekretariat
gudang
|
2.
Aturan Kelompok
a.
Aturan :
1)
Kelompok Tani
adalah sebagai wadah kerjasama, belajar, berusaha dan perjuangan untuk membela
kepentingannya.
2)
Yang menjadi
anggota adalah petani penggarap dan rumah tangga tani.
3)
Keanggotaan
bersifat sukarela
4)
Yang menjadi
anggota kelompok tani aktif adalah yang sudah membayar simpanan pokok dan
simpanan wajib
5)
Anggota wajib
menghadiri pertemuan rutin lapangan
6)
Masa jabatan
pengurus 5 (lima) tahun
b.
Sanksi
1.
Apabila anggota
poktan tidak menjalankan kewajibannya sesuai dengan aturan yang ada, maka akan
diberikan sanksi sosial.
2.
Pelanggaran
berat tidak mendapatkan pelayanan poktan
6. Hak dan Kewajiban
Kegiatan
kelompok tani berpedoman pada aturan yang telah disepakati bersama, adapun
dalam pelaksanaanya antara pengurus dan anggota memiliki hak dan kewajiban
sebagai berikut :
a.
Hak dan
Kewajiban Pengurus
1)
Hak-hak pengurus
a)
Mendapatkan
Pelayanan dan fasilitas yang sama dengan anggota kelompoktani yang lain
b)
Mendapatkan uang
jasa sebesar 10% dari SHU
c)
Dapat dipilih
kembali setelah masa jabatan berakhir
2)
Kewajiban
Pengurus :
a)
Memimpin
organisasi kelompok tani
b)
Melakukan
pencatatan administrasi pembukuan pada buku yang telah ditentukan
c)
Mempertanggungjawabkan
semua hasil kegiatan poktan dan keuanganya
d)
Menyelenggarakan
pertemuan Rutin dan Rapat Anggota
b.
Hak dan
Kewajiban anggota
1)
Hak-hak anggota
kelompok
Setiap anggota kelompok tani
berhak mendapatkan fasilitas dan pelayanan yang sama sesuai dengan AD / ART
Setiap anggota memiliki hak
yang sama untuk dipilih menjadi pengurus kelompok tani
2)
Kewajiban Anggota
Kelompok Tani
a)
Mentaati dan
melaksanakan AD / ART dengan penuh rasa tanggung jawab
b)
Membayar
simpanan pokok dan simpanan wajib
c)
Menghadiri
setiap pertemuan rutin dan rapat anggota
d)
Melaksanakan
segala keputusan yang telah disepakati bersama
7. ADMINISTRASI
a. Administrasi
Umum
1. Buku Daftar Anggota
2. Buku Pengurus
3. Buku Tamu
4. Buku Daftar Hadir
5. Buku Notulen
6. Buku Inventaris
7. Buku AD/ART
8. Buku Tata Tertib
9. Buku Agenda Surat
b.
Administrasi Keuangan
1. Buku Kas
2. Buku Simpanan
3. Buku Pinjaman
4. Buku Arisan
c. Buku Bantu
a. Buku Unit Alsintan
b. Buku Pupuk
8. Keuangan
a. Permodalan kelompok
Permodalan
kelompok tani Karet
Berkah Tani Unggul bersumber dari swadaya petani maupun bantuan dari pihak
lain. Adapun Perincian sumber permodalan
adalah simpanan pokok sebesar Rp.5000, simpanan wajib anggota sebesar
Rp.2.000,-/bulan, jasa simpan pinjam, Pengelolaan Saprodi pertanian dan Bantuan
pihak lain yang tidak mengikat.
b. Laporan
keuangan
- ----------
C. TEKNIS PERTANIAN
Luas Areal dan
kapasitas produksi karet rakyat di wilayah Kelompok Tani Berkah tani Unggul.
Areal
alahan perkebunan rakyat di sekitar wilayah kelompok tani karet berkah tani
unggul di bagi menjadi 3 blok kebun yaitu :
1.
Blok
Kabandungan
2.
Blok
Gajud
3.
Blok
Cipeer
Dengan rincian sebagai berikut :
No
|
Blok Kebun
|
Luas Areal (Ha)
|
Produksi (ton) / bulan
TM
|
|
TBM
|
TM
|
|||
1.
|
Kabandungan
|
75
|
50
|
5200
|
2.
|
Gajud
|
35
|
47
|
4888
|
3.
|
Cipeer
|
15
|
32
|
3326
|
JUMLAH
|
125
|
129
|
13.414
|
0 komentar:
Post a Comment