Headlines News :
Home » » teknik produksi parasitoid

teknik produksi parasitoid

Written By Berkah Tani Unggul on Thursday, 22 August 2013 | 22:12

Musuh alami (agens pengendalian hayati) sebagai salah satu komponen ekosistem berperanan penting dalam proses interaksi intra dan interspesies. Karena tingkat pemangsaannya berubah-ubah menurut kepadatan populasi hama, maka musuh alami digolongkan ke dalam faktor ekosistem yang bergantung kepadatan (density dependent factors). Ketika populasi hama meningkat, mortalitas yang disebabkan oleh musuh alami semakin meningkat, demikian pula sebaliknya (Stehr, 1975).
Musuh alami dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan dan mengatur populasi hama pada tingkat keseimbangan umum (general equilibrium position), baik secara alamiah maupun buatan. Pemanfaatannya secara alamiah dapat dilakukan melalui konservasi dan peningkatan efektivitas musuh alami, antara lain dengan menerapkan teknik budidaya yang baik dan menggunakan pestisida secara bijaksana, sehingga tidak mengganggu kehidupan musuh alami. Pemanfaatan musuh alami secara buatan dapat dilakukan, baik dengan cara melepaskan (augmentation) musuh alami setelah dibiakkan/diperbanyak di laboratorium, maupun mengintroduksikan (import) dan mengkolonisasikan musuh alami.
Parasitoid merupakan unsur pengendali populasi hama dan umumnya bersifat spesifik, sehingga dapat menekan populasi inang pada tingkat yang lebih rendah. Sifat itulah yang menyebabkan parasitoid lebih sering digunakan dalam pengendalian hayati dibanding dengan predator.
Teknik Produksi Parasitoid

Suhu tempat pembiakan parasitoid sangat menentukan tingkat parasitasi pada inang. Tingkat parasitasi parasitoid yang dibiakkan pada suhu rendah (24o C) cukup tinggi, baik yang diberi maupun yang tidak diberi, masing-masing 51 dan 47 butir inang.

1. Parasitoid Trichogramma chilonis
T. chilonis merupakan parasitoid penting untuk ulat buah kapas H. armigera. Parasitoid ini berukuran panjang 0,75 mm dengan sayap yang berjumbai pendek dan jarang digunakan untuk terbang. T. chilonis berhasil dibiakkan pada telur serangga hama pasca panen, yaitu Corcyra cephalonica di Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang.
Pembiakan massal T. chilonis dilakukan dengan dua tahapan, yaitu pembiakan inang dan pembiakan parasitoid. Pembiakan inang dilakukan dengan menginfestasikan telur inang ke dalam media beras pecah kulit dan bekatul dengan perbandingan 2:1. Imago yang muncul sebanyak 200 ekor dimasukkan ke dalam tabung karton berukuran diameter 10 cm dan tinggi 18 cm yang ditutup kain kasa. Sebagai pakannya digunakan larutan madu 10% pada kapas. Telur dikumpulkan setiap hari dengan cara menyikat tutup kasa. Telur hari pertama dan kedua digunakan untuk pembuatan pias, sisanya untuk pembiakan selanjutnya.
Pembiakan parasitoid dilakukan dengan membuat pias, yaitu massa telur inang yang direkatkan pada kertas karton berukuran 8×2 cm. Pias yang telah dinfestasi dengan parasitoid dimasukkan ke dalam tabung. Setelah parasitoid muncul, pias baru dimasukkan ke dalam tabung kemudian ujung tabung ditutup dengan kain hitam. Sehari kemudian pias lama diambil, diganti dengan yang baru. Demikian seterusnya. Pias yang telah diinfestasi digunakan untuk pembiakan selanjutnya dan dilepas di lapangan.

2. Parasitoid Ooencyrtus malayensis
O. malayensis merupakan salah satu jenis parasitoid telur penting untuk serangga hama pengisap buah lada, D. piperis. Parasitoid tersebut belum dimanfaatkan meskipun telah diketahui efektif dengan tingkat parasitisme 75-89%. Peluang pemanfaatannya cukup besar mengingat parasitoid tersebut telah berhasil dibiakkan di Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), Malang untuk mengendalikan kepik pengisap polong kedelai, Nezara viridula L. (Hemiptera, Pentatomidae) dan Riptortus linearis L. (Hemiptera, Alydidae).
Pembiakan parasitoid diawali dengan mengkoleksi telur parasitoid dari lapang kemudian dipelihara dalam tabung gelas. Inang diperoleh dengan cara memelihara nimfa dan imago pengisap polong kedelai hasil koleksi dari lapang dalam kurungan yang diberi pakan kacang panjang. Telur yang dihasilkan dimasukkan ke dalam tabung gelas sebagai inang parasitoid. Ke dalam tabung dimasukkan juga larutan gula 5% pada kapas sebagai pakan parasitoid. Infestasi parasitoid pada telur inang dilakukan selama 2 hari.

3. Parasitoid Cephalonomia stephanoderis
C. stephanoderis merupakan lebah parasitoid yang menyerang kumbang penggerek buah kopi, H. hampei. Lebah ini telah berhasil dibiakkan secara massal di Laboratorium Lapang Sumbar dan Lampung. Larva parasitoid hidup sebagai ektoparasit pada larva instar terakhir dan prapupa inang. Imago betina berukuran panjang 1,6-2 mm, sedangkan yang jantan 1,4 mm. Imago meletakkan telur pada prapupa inang bagian ventral dan pada pupa inang bagian dorso-abdominal. Imago memakan telur, larva, pupa, dan imago inang. Telur parasitoid berukuran 0,4 x 0,2 mm. Larva berwarna putih, berukuran panjang 2,1 mm, bentuk tubuh bengkok dan meruncing ke bagian ekor, tidak berkaki dan berbulu. Pupa berada di dalam kokon berwarna putih, pupa memiliki tipe bebas (liberal), mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi coklat.
Untuk mendapatkan kumbang penggerek buah kopi, buah kopi yang terserang penggerek dimasukkan ke dalam kantong plastik/stoplos. Imago yang terjadi dipasangkan dengan perbandingan jumlah betina dan jantan 1:2 dalam tempat yang sejenis dan diberi pakan buah kopi segar. Larva dan pupa yang dihasilkan digunakan untuk pembiakan parasitoid. Larva atau pupa penggerek sebanyak 10 ekor dimasukkan ke dalam tabung gelas sebagai inang parasitoid. Imago parasitoid dipasangkan dengan perbandingan jumlah betina dan jantan 2:1 dalam tabung gelas. Pemindahan parasitoid ke tabung lain yang berisi inang dilakukan setiap 2 hari sekali sampai hari ke 10 (Wedanimbi dan Tohir, 1994).

4. Parasitoid telur penggerek batang padi (Trichogramma sp)
Parasitoid telur penggerek batang padi (Trichogramma sp) dapat dibiakkan secara masal dengan menggunakan serangga inang alternatif telur ngengat beras Corcyra cephalonica. Langkah-langkah dalam pembiakan massal dan pelepasan musuh alami ini adalah:
  1. Menyiapkan media biakan serangga inang alternatif
  2. Pengumpulan kelompok telur serangga inang alternatif
  3. Pengumpulan kelompok telur penggerek batang padi terparasit
  4. Pembuatan pias parasitoid
  5. Pembiakan massal Trichogramma sp
  6. Pelepasan parasitoid di lapangan
Pembiakan Corcyra Cephalonica (corcyra):
  1. Buat box rearing dengan ukuran 80 cm X 40 cm X 10 cm
  2. Oven/ sangrai campuran pakan yang terdiri dari pakan ayam, dedak dan jagung giling dengan perbandingan 1:1:2
  3. Masukkan pakan kedalam box rearing dengan ketebalan 3 cm
  4. Masukkan ngengat Corcyra Cephalonica kurang lebih sejumlah 200 ekor dan biarkan sampai ngengat muncul selama 6 minggu
  5. Ngengat yang muncul dikumpulkan dengan menggunakan corong lampu kemudian dimasukkan kedalam tabung peneluran yang terbuat kertas karton atau paralon. Bagian atas dan bawah peneluran ditutup dengan menggunakan kain kassa
  6. Tabung peneluran diletakkan dengan posisi tegak pada nampan/ baki yang telah diberi alas kertas
  7. Waktu peneluran ngengat Corcyra Cephalonica selama 1 hari
  8. Telur-telur Corcyra Cephalonica yang menempel pada kain kassa disikat dengan kuas lalu diletakkan pada baki/ nampan
  9. Telur tersebut dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan saringan teh
  10. Telur Corcyra Cephalonica yang telah bersih sebagian digunakan untuk pembiakan parasitoid Trichogramma sp dan sebagian digunakan untuk pembiakan lebih lanjut untuk perbanyakan Corcyra Cephalonica
Pembiakan Parasitoid Telur Trichogramma sp :
  1. Siapkan pias dari kertas karton manila dengan ukuran 1,5 cm X 10 cm
  2. Kertas dilapisi lem kertas, lalu taburkan kurang lebih 2000 telur Corcyra Cephalonica pada pias yang dilapisi lem kertas. Kemudian kering anginkan kira-kira 5 menit
  3. Pias yang berisi telur Corcyra Cephalonica distrerilkan dengan menggunakan lampu ultra violet 15 watt selama 30 menit
  4. Masukkan kedalam satu tabung (corong lampu) 1 pias stater parasitoid Trichogramma sp dan 5 pias yang berisi telur Corcyra Cephalonica yang telah disterilkan
  5. Setelah 4 – 6 hari proses parasitisme sudah ada penampakan telur yang terparasit berwarna kehitam-hitaman
  6. Pias yang berisi telur Corcyra Cephalonica yang telah terparasit Trichogramma sp siap digunakan langsung dilapangan atau disimpan dalam lemari pendingin (kulkas) selama 3 – 4 hari
  7. Apabila pias yang berisi telur Corcyra Cephalonica yang terparasit Trichogramma sp belum digunakan bisa disimpan dalam lemari pendingin selama 3 bulan.
5. Parasitoid Trissolcus basalis
Trissolcu basalis merupakan parasitoid  utama  pada telur N. viridula, yang dapat mengendalikan N. Viridula dengan baik dan tersebar di berbagai negara . Pengujian pengendalian pengisap polong dengan menggunakan parasitoid telur memerlukan serangga uji dalam jumlah yang relatif banyak dan umur yang relatif sama. Karena itu diperlukan suatu teknik pembiakan massal dan sederhana di laboratorium mulai dari pengoleksian serangga (parasitoid dan inangnya) sampai parasitoid siap digunakan.
Alat dan bahan yang digunakan:
-          kurungan kasa untuk pemeliharaan serangga inang (N. viridula),
-          kacang panjang yang sudah berisi untuk pakan serangga inang,
-          kotak plastik kecil untuk menyimpan telur inang,
-          tabung gelas (diameter 1,5 cm dan panjang 18 cm) untuk memelihara imago parasitoid,
-          air, larutan gula 5% (5 g gula pasir dalam 95 ml air) dan larutan madu 5% untuk pakan parasitoid,
-          lempengan plastik milar (panjang 8 cm dan lebar 1 cm) untuk tempat pakan,
-          lempengan kertas manila karton (panjang 10 cm dan lebar 1 cm) dan lem kertas untuk tempat merekatkan telur inang,
-          serta alat penyemprot sederhana (hand sprayer) untuk menyemprotkan larutan pakan.

Penyediaan Parasitoid dan Inangnya :
Koleksi T. basalis dan N. viridula diambil dari lahan kedelai dan kacang hijau. Pengambilan dilakukan dengan cara mengumpulkan telur-telur pengisap polong yang terparasit. Telur kemudian dimasukkan ke dalam tabung gelas dan ditutup dengan kapas yang dibungkus kain trikot. Telur dipelihara di laboratorium sampai imago parasitoid muncul. Parasitoid yang muncul diidentifikasi dan dipisahkan menurut spesiesnya.  Imago T. basalis dipertahankan dan diberi pakan larutan gula 5% dan dibiakkan dengan menggunakan inang telur N. viridula.
Koleksi N. viridula dipelihara di laboratorium dengan menggunakan kurungan kasa yang memakai kerangka kayu dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 50 cm. N. viridula diberi pakan berupa kacang panjang yang sudah berisi dengan cara digantungkan pada kerangka kayu kurungan. Pakan diganti setiap tiga hari. Telur-telur N. viridula yang menempel pada kain kasa diambil setiap hari untuk digunakan sebagai inang T. basalis.

Teknik Pembiakan :
Dalam pembiakan massal T. basalis, telur N. viridula umur 1- 2 hari sebanyak 100 butir/pasang digunakan sebagai inang untuk meletakkan telurnya.  Agar telur inang selalu tersedia, telur inang dapat disimpan dalam lemari es dengan suhu -2 sampai 4oC selama 57 hari.  Untuk memudahkan pembiakan, telur inang direkatkan pada kertas karton manila.  Posisi atau letak telur harus sama dengan saat diletakkan induknya.
Imago T. basalis umur kurang dari 1 hari sebanyak 1-4 pasang ditempatkan pada tabung gelas. Tabung kemudian diisi dengan telur N. viridula 100 butir/pasang yang direkat- kan pada karton manila. Imago diberi pakan larutan gula 5% dua kali sehari. Pada hari berikutnya, telur inang dikeluarkan dan ditempatkan pada tabung yang lain.  Penggantian telur N. viridula dilakukan setiap hari sampai imago T. basalis mati. Apabila tersedia induk T. basalis dalam jumlah cukup banyak, untuk mendapatkan keturunan parasitoid yang baik, maka imago T. basalis digunakan hanya sampai umur 3 hari.
Telur inang yang diteluri  (terparasit) oleh T. Basalis dalam 2 hari berubah warna menjadi hitam dan dalam 9-17 hari akan muncul imago T. basalis generasi baru.  Sebagian besar (+ 76%) imago T. basalis muncul pada hari ke 11-13 setelah infestasi dan umumnya (+ 88%) muncul antara pukul 00.00-09.00 WIB  . Pakan disediakan pada sore hari, yaitu sehari sebelum imago muncul, agar pada saat imago muncul (lahir) langsung mendapatkan makanan.
Imago T. basalis yang muncul dipelihara pada tabung gelas (tinggi 18 cm dan diameter 1,5 cm) dan diberi pakan larutan gula 5%. Pakan diberikan dua kali sehari pada pukul 08.00 dan 14.00 WIB. Pakan disemprotkan pada plastik milar ukuran 1 cm x 10 cm dengan menggunakan penyemprot tangan sampai terbentuk titik-titik embun, lalu dimasukkan ke dalam tabung gelas tempat    T. basalis dipelihara. Untuk menekan kematian imago T. basalis, maka populasi imago tidak lebih dari 40 ekor/tabung. Untuk penelitian atau pengendalian di lapang sebaiknya digunakan imago yang muncul (lahir) pada pukul 00.00-09.00 WIB karena kualitas nya relatif seragam. Untuk efisiensi di lapangan dapat digunakan imago T. basalis umur 1-3 hari dan dilepas pada pagi hari

 sumber : http://blog.ub.ac.id/lutphy/2011/05/01/teknik-produksi-parasitoid/
Share this article :

0 komentar:

Subcribe

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.

Recent Post

Popular Posts

Comments

Random Post

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2013. KELOMPOK TANI BERKAH TANI UNGGUL - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template