Home »
Teknologi Pertanian
» S R I (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) Sat, 04/06/2013 - 15:19 | by bapel_sukabumi
S R I (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) Sat, 04/06/2013 - 15:19 | by bapel_sukabumi
Written By Berkah Tani Unggul on Tuesday, 30 April 2013 | 10:46
S R I (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) APA ITU SRI ?
Adalah Cara Budidaya Tanaman Padi yang intensif dan efisien dengan
proses management system perakaran dengan berbasis pada pengelolaan :
Tanah, tanaman dan Air . Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang
besar untuk menghasilkan produksi dalam tarap tinggi, ini hanya akan
dicapai bila kita membantu tanaman dengan kondisi baik untuk pertumbuhan
tanaman. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengelolaan : Tanah,
Tanaman dan Air. DASAR PEMAHAMAN PRAKTEK SRI Tanaman
padi sawah berdasarkan praktek SRI ternyata bukan tanaman air tetapi
dalam pertumbuhan membutuhkan air, dengan tujuan menyediakan oxygen
lebih banyak di dalam tanah, kemudian tidak tergenang akar akan tumbuh
dengan subur dan besar. Maka tanaman dapat menyerap nutrisi/makanan
sebanyak-banyaknya. BAGAIMANA BUDIDAYA TANAMAN PADI CARA SRI ? } Persemaian
Untuk SRI dapat ditanam pada pipiti (Besek), kotak, plastik atau nampan
hal ini memudahkan untuk pengamatan dan seleksi benih yang
terus-menerus dapat dilakukan. Kebutuhan pipiti adalah 60-70 buah ukuran
15 x 15 Cm per 0,14 Ha (100 bata) (420 – 490 buah per Ha). Tanah dalam
pipiti sebagai media tumbuh benih dicampur dengan pupuk organik dengan
perbandingan 1 : 1. Persemaian dapat disimpan di halaman rumah.
Kebutuhan benih per 100 bata (0,14 Ha) adalah 0,7 – 1 Kg (4,9 – 7 Kg per
Ha). } Cara Tanam Benih ditanam pada umur 7 –
10 hari setelah semai. Jumlah bibit perlubangnya hanya satu (tanam
tunggal), dasar pemikirannya adalah ketika bibit ditanam banyak maka
akan bersaing satu sama lain dalam hal nutrisi, oxygen dan sinar
matahari. Bibit ditanam dangkal dan perakaran horizontal seperti hurup
L, hal ini dilakukan jika akar tekuk ke atas maka bibit memerlukan
energi besar dalam memulai pertumbuhan kembali, dan akar baru akan
tumbuh dari ujung tersebut. } Jarak Tanam }
Berdasarkan pengalaman SRI, baik jika ditanam dengan jarak tanam lebar,
antara lain 25 x 25 cm, 27 x 27 cm atau 30 x 30 cm. Dengan jarak tanam
lebar dapat meningkatkan jumlah anakan produktif, karena persaingan
oxygen, energi matahari dan nutrisi/makanan semakin berkurang. } Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, berasal dari bahan organik
seperti hijauan (jerami, batang pisang dan sisa tanaman lainnya, kotoran
hewan : kambing, sapi, ayam, kelinci dan kerbau), serta limbah organik.
Bahan-bahan tersebut lebih baik dikomposkan. Untuk memperkaya nutrisi
yang dibutuhkan tanaman, untuk membantu mempercepat penghancurannya
(Dekomposisi) sebaiknya dikembangkan proses permentasi dan pengelolaan
Micro Organisme Lokal (MOL) yang terbuat dari tulang-tulang ikan, limbah
kotoran hewan, buah-buahan, sebagai campurannya menggunakan air beras,
air kelapa dan sebagai bahan pengawetnya dicampur air tebu, air nira,
lahang/gula yang fermentasi selama 15 hari. Kebutuhan pupuk organik
adalah 5 – 7 ton per Ha dengan catatan jerami yang ada di lahan
dikembalikan ke dalam tanah. } Pengelolaan Air Dan Penyiangan
Umur padi vegetatif keadaan lahan dalam kondisi lembab (air kapasitas
lapang), Sebelum penyiangan sebaiknya lahan digenangi 2 – 3 cm beberapa
jam untuk memudahkan penyiangan pada umur 7 – 10 hari setelah tanam.
Selanjutnya penyiangan dilakukan selang waktu sepuluh hari sebanyak
minimal 3 kali penyiangan. Dengan pengelolaan air dimaksudkan untuk
memudahkan pelaksanaan penyiangan, Pada saat anakan maksimum kurang
lebih umur tanaman 47 –55 hari setelah tanam sebaiknya lahan dalam
kondisi kering selama 10 hari. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat
proses pertumbuhan vegetatif dan menghemat keadaan nutrisi untuk tidak
digunakan dalam pertumbuhan tunas yang tidak produktif dan menghambat
tanaman tidak terlalu tinggi,setelah sepuluh hari dikeringkan, kondisi
lahan kembali macak – macak selama masa pertumbuhan malai, bulir,
pengisian bulir hingga bernas, selanjutnya air dikeringkan kembali
hingga saatnya panen. } Pengendalian Hama Pada saat
terjadi perubahan populasi serangga menjadi populasi yang merusak dan
merugikan (hama), dilakukan dengan jurus – jurus konsep PHT
(Pengendalian Hama Terpadu) secara utuh dengan berprinsip pada : (1)
Budidaya tanaman sehat, (2) Pendayagunaan fungsi musuh alami, (3)
Pengamatan berkala dan (4) Petani ahli PHT serta tidak
menggunakan pestisida sintetis (buatan pabrik). } Produksi
Berdasarkan kajian oleh petani/kelompok tani di beberapa Kabupaten di
Propinsi Jawa Barat, hasil produksi SRI 6,8 – 9,2 ton/ha GKP. Dibeberapa
studi yang dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya (Kec. Parung ponteng)
muncul produksi 12, 48 ton/ha GKP, Kabupaten Ciamis (Kec. Banjarsari)
13,76 ton/ha GKP, Kabupaten Garut (Kec. Bayongbong) 12,00 ton/ha GKP .
Label:
Teknologi Pertanian
0 komentar:
Post a Comment